Minggu, 17 April 2011

MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X2 SMA PGRI 4 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TAHUN PELAJARAN 2010/2011

I.                   JUDUL.
MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X2 SMA PGRI 4 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

II.                LATAR BELAKANG MASALAH.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dapat membentuk masyarakat dunia yang saling ketergantungan. Tatanan dunia mulai mengalami perubahan secara stuktural menuju era globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan. Untuk itu mutu pendidikan tidak dapat diabaikan, karena peningkatan kualitas sumber daya manusia yang siap menghadapi era globalisasi tersebut harus memiliki pendidikan yang bermutu.
Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi prioritas utama dari program pendidikan nasional pada saat ini. Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.(Trianto,2010;1)
Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran matematika, para pendidik atau guru dituntut untuk selalu meningkatkan diri baik dalam pengetahuan matematika maupun pengelolaan proses belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa dapat mempelajari matematika dengan baik dan benar sehingga mereka mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta diharapkan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.Sebagai fasilitator guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran(sanjaya,2010;23).
Cara untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah dengan menggunakan berbagai metode – metode pembelajaran yang seirama dengan kondisi siswa,tujuan,dan kondisi pembelajaran yang akan dilangsungkan(suyatno,2009;13-14).
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika SMA PGRI 4 Banjarmasin dari pengalaman tahun lalu masalah yang dihadapi kelas X cukup banyak diantaranya kurangnya siswa yang mampu mengemukakan pendapat dan bertanya apabila tidak mengerti dan kurang paham tentang materi yang diajarkan pada waktu belajar mengajar berlangsung,  biar pun ada itu karena disuruh guru pengajar,Tidak ada inisiatif dari siswa itu sendiri atau bisa dikatakan siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kurangnya keaktifan siswa ini bisa mengakibatkan siswa hanya menghafal informasi yang disampaikan oleh guru atau pengajar tanpa memahami informasi itu.hal ini berimbas pada nilai yang dibawah Keteria ketuntasan minimum karena pembelajaran yang tidak optimal baik dari segi pemahaman dan penggunaan pada kehidupan sehari – hari.
Dilihat dari uraian diatas maka peneliti ingin memberikan suatu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut, sebagai alternatif adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran kooperatif menjadi pilihan peneliti karena menurut Ibrahim dkk(2000) model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep sulit, menumbuhkan kemampuan siswa bekerjasama, berfikir kritis, dan kemampuan membantu teman. Keunggulan lain dari pembelajaran kooperatif optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2008)
Tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dipilih oleh peneliti dan pengajar adalah yang memungkinkan mampu meningkatkan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran,baik berupa mengemukakan pendapat apabila berpendapat yang berbeda ataupun sama dan bertanya apabila kurang memahami materi pembelajaran agar tercipta pembelajaran yang maksimal.
Salah satu Pembelajaran kooperatif yang memungkinkan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi menurut saya sebagai peneliti adalah model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT),yang juga dikenal sebagai kepala bernomor terstruktur sebagai modifikasi kepala bernomor atau numbered heads (NH) yang mana,teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide – ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.(lie,2008;59)
Numbered heads together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional .Numbered heads together pertama kali dikembangkan oleh spenser kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.(trianto,2010;82)
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan suatu penelitian yang berjudul : “MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X2 SMA PGRI 4 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TAHUN PELAJARAN 2010/2011.“

III.             RUMUSAN MASALAH.
Dalam penelitian ini, rumusan permasalahan sebagai berikut :
1.      Apakah ada peningkatan aktivitas siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)?
2.      Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)?
3.       Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi logika?

IV.             BATASAN MASALAH.
Agar Pembahasan dalam penelitian ini tidak keluar dari masalah yang ingin dibahas, maka permasalahan dibatasi pada :
1.      materi Logika pada sub bahasan Kalimat Deklaratif majemuk, dan Negasi konjungsi, Disjungsi, Implikasi, dan biimplikasi
2.      kelas X2.

V.                TUJUAN PENELITIAN.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas siswa.
2.      Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT).
3.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Logika dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

VI.             MANFAAT PENELITIAN.
1.      Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pengetahuan teori pembelajaran,khususnya konsep dan strategi mengajar terhadap aplikasi model pembelajaran kooperatif yang disarankan kurikulum.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi guru,untuk mengetahui dan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai metode dalam proses belajar mengajar di sekolah.
b.      Bagi siswa,diharapkan menjadi pengalaman belajar yang variasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah.
c.       Sebagai bahan masukan bagi peneliti untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam bidang pendidikan matematika serta meningkatkan mutu pendidikan nasional.
d.      Sebagai bahan informasi atau dokumentasi yang dapat dijadikan landasan bagi peneliti selanjutnya.

VII.          ANGGAPAN DASAR.
Anggapan dasar dalam penelitian ini yaitu :
                                    1.      Siswa yang diteliti mempunyai tingkat perkembangan mental yang relative sama.
                                    2.      Instrumen penelitian valid dan realbel.

VIII.       PENEGASAN ISTILAH.
Untuk menghidari perbedaan penafsiran,maka peneliti perlu menegaskan istilah yang digunakan dalam penelitian ini.maka peneliti memberika batasan istilah sebagai berikut:
1)                  Keberanian adalah suatu sikap untuk berbuat sesuatu dengan tidak terlalu merisaukan kemungkinan-kemungkinan buruk.
2)                  Mengemukakan adalah mengajukan kehadapan untuk dipertimbangkan
3)                  Pendapat adalah usulan untuk sesuatu yang datang hasil dari buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang.
IX.             TINJAUAN PUSTAKA.
9.1              Belajar.
Menurut Anthony Robbins,mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu(pengetahuan) yang baru.dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur,yaitu : (1)  menciptakan hubungan ,(2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami,dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru.Jadi dalam makna belajar,di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar – benar belum diketahui (nol),tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan yan baru.(Trianto.2010;15)
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami 
(Hamalik, 208: 36)
Menurut Slavin (Trianto, 2010:16) Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan  ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya.
9.2              Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam belajar.
Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar dirinya. Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:
(1)          faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu terdiri dari:
(a)      faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh;
(b)   faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,  kematangan dan kesiapan belajar;
(c)    faktor kelelahan, baik berupa kelelahan jasmaniah maupun kelelahan rohaniah (bersifat psikis).

(2)     faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu yang terdiri atas:
(a)      faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua dan latar belakang kebudayaan;
(b)      faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung dan tugas rumah;
(c)       faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa banyak sekali faktor-faktor  yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Dari faktor-faktor di atas paling sedikit satu yang menyebabkan  hasil belajar siswa berbeda. Faktor-faktor tersebut bisa mempengaruhi siswa baik secara positif maupun secara negatif.
9.3              Pembelajaran.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks,yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakiikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaranmerupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik,di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.(Trianto.2010;17)
9.4              Matematika
Johson dan rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola berorganisasi, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,representasinya dengan simbol dan padat,lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi. (TIM MKPBM,2001;19)
Reys,dkk (1984)dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. (TIM MKPBM,2001;19)
Kemudian Kline (1973) dalam bukunya mengatakan pula, bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan social, ekonomi, dan alam.(TIM MKPBM,2001;19)
9.5              Pembelajaran Matematika.
Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah,yaitu matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLTP ) dan Pendidikan Menengah ( SMU dan SMK ).Hal ini berarti bahwa yang dimaksud dengan kurikulum matematika adalah kurikulum pelajaran matematika yang diberikan di jenjang pendidikan menengah ke bawah,bukan diberikan di jenjang pendidikan tinggi. ( Team MKPBM,2001:54).
Fungsi mata pelajaran matematika sebagai alat,pola piker,dan ilmu atau pengetahuan.Ketiga fungsi tersebut hendaknya dijadikan acuan daam pembelajaran matematika sekolah. ( Team MKPBM,2001:55).
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah mengacu kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).( Team MKPBM,2001:56).
Pembelajaran metematika di SLTP dan SMU tersebut pada dasarnya adalah dan kemampuan yang diharapkan  dalam pembelajaran matematika di SLTP dan SMU.Pembelajaran matematika di sekolah tidak bisa terlepas dari sifat-sifat matematikayang abstrak dan sifat perkembangan intelektuan siswa yang kita ajar.Oleh karena itu kita perlu memperhatikan beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran di sekolah:
a.       Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap)
b.      Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral.
c.       Pembelajaran matematika menekankan pada pola piker deduktif.
d.      Pembelajaran matematikamenganut kebenaran konsistensi.
( Team MKPBM,2001:63-65).
            9.6       Evaluasi hasil belajar Matematika.
            Evaluasi hasil belajar adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar peserta didik setelah ia mengalami prosesbelajar selama satu periode tententu.Evaluasi dapat juga dapat diartikan kegiatan yang terencanauntuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tulak ukur untuk memperoleh kesimpulan.(Kusnandar,2007:377).
Devies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumah tujuan,kegiatan,keputusan, unjuk-kerja,proses,orang,objek,dan masih bnyak lagi.Sedangkan Wand dan Brown mengemukakan evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi oleh Nana Sudjana dengan batasan sebagai prosesmemberikan atau menentukan nilaikepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu….. (Dimyati.Mudjiono,2009:191) 
Berdasarkan pengertian evaluai hasil belajar kitadapat menengarai tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran,dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau angka atau simbol.Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi,maka hasilnya dapat difungsikan dan tujuannya untuk berbagai keperluan. (Dimyati.Mudjiono,2009:191)
Penilaian pembelajaran matematika ditekankan pada proses dan hasil berfikir.Dalam proses berfikir perlu dilihat tata nalar,alasan(reasoning),dan kreativitas.Prose dan hasil nila tersebut dinilai dari segi kelogisan, kecermatan,efesiensi,dan ketepatan ( efektifitas ). Khusus kreativitas dinilai dari segi keragamannya.
(Team MKPBM,2001:68).
9.6              Model pembelajaran.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat – perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku – buku, film, komputer, kurikulum, dan lain – lain.selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. (Trianto.2010;22)
            Arends menyatakan , ”The term teaching model refers to a particular particular approach to instruction that includes its goals, syntax, ebvironment,and management system. “ istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya(Trianto.2010;22)
            Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur.model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur.ciri – cirri tersebut ialah:
1)      Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2)      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)
3)      Tingkah laku pengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
4)      Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai
(Trianto.2010;23)
            9.8       Model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu kelompok atau satu tim.Slavin mengemukakan cooperative learning adalah suatu model pembelajaran  dimana system belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4–6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.Sedangkan Johnson mengemukakan cooperative learning adalah bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.Dalam kegiatan kooperatif ,siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok.Belajar kooperatif  adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.Prosedur cooperative learning didesain untuk mengaktifkan siswa melaui inkuiri dan diskusidalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang.
Anita lie menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong,yaitu system pembelajaran yang memberik kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.Lebih jauh dikatakan cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri  dari 4-6 orang.Kauchak dan Enggen juga mengemukakan cooperative learning adalah merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan  siswa untuk bekerja sama secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.( Isjoni,2010:15-18)
Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai  pendapay dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok ( Isjoni,2010:21-24).
Sebagai model pembelajaran pembelajaran yang sistematis yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatanpembelajaran yang efektif,cooperative learning menintegrasikan keterampilan social yang bermuatan akademis.Davidson dan Warsham(2003)mengemukakan cooperative learning adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil.Siswa belajar bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal,baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.Oleh karena itu,cooperative learning didasarkan kepada teori-teori perkembangan kognitif,perlakuan,dan persandaran social.
( Isjoni,2010:29-30).
            9.9       Numbered Heads Together (NHT).
            Numbered heads together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional .Numbered heads together pertama kali dikembangkan oleh spenser kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.(trianto,2010;82)




            9.10     Pokok bahasan.
LOGIKA
            Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
A.    Kalimat Deklaratif majemuk
1.      Kalimat Deklaratif
Kalimat Deklaratif diartikan sebagai kalimat yang mempunyai nilai kebenaran.Nilai kebenaran yang dimaksud adalah benar saja, salah saja, dan bukan kedua – duanya (sekaligus benar atau sekaligus salah).Kalimat deklaratif disebut juga pernyataan atau proposisi
Contoh :
Bilangan genap habis dibagi dua

2.      Negasi
Negasi suatu pernyataan adalah suatu pernyataan yang bernilai benar (B),jika pernyataan semula bernilai salah (S) dan sebaliknya.Negasi dari suatu kalimat deklaratif juga merupakan kalimat deklaratif.apabila suatu kalimat deklaratif bernilai benar, maka setelah dinegasikan, kalimat itu bernilai salah.sebaliknya apabila suatu kalimat deklaratif bernilai salah, maka setelah dinegasikan,kalimat itu bernilai benar.Negasi dari suatu kalimat deklaratif p disimbolkan dengan (~p).maksud dari ingkaran suatu kalimat deklaratif adalah menyangkal nilai kebenaran kalimat semula dengan menambahkan kata “tidak” atau “tidak benar bahwa” pada kalimat semula.
Contoh.
Surabaya terletak di Kalimantan.(salah)
Negasinya :           Surabaya tidak terletak di Kalimantan.(benar)
                             Atau
Tidak benar bahwa Surabaya terletak di Kalimantan. (benar).
     Untuk memudahkan kita dalam membicarakan kalimat deklaratif,kita akan menggunakan simbol – simbol huruf, seperti p, q, r, atau sejenisnya untuk suatu kalimat deklaratif.

3.      Kalimat terbuka
Jika terdapat suatu kalimat yang memuat variabel, kalian tentu belum dapat menentukan nilai kebenaran kalimat tersebut.kalimat tersebut baru diketahui nilainya (salah atau benar) jika variable itu diganti dengan suatu konstanta (anggota semestanya).Kalimat seperti ini  dinamakan kalimat terbuka.Nilai variable yang diisikan akan mempengaruhi nilai kebenaran kalimat tersebut.
Contoh.
Jika , untuk x bilangan real, tentukan nilai variable x yang mengakibatkan kalimat tersebut mempunyai nilai kebenaran “benar”.
Jawab.
Kalimat p(x) merupakan kalimat terbuka.misalkan nilai x diganti. Misalkan x diganti 2; tentu kalimat tersebut bernilai salah. Kalimat tersebut akan bernilai benar jika x diganti 3.
4.      Pernyataan majemuk
Kalian telah mengetahui pengertian pernyataan deklaratif.kita dapat membuat suatu kalimat baru dengan menggabungkan dua buah pernyataan atau lebih. kalimat seperti ini dinamakan pernyataan majemuk atau kalimat deklaratif majemuk. Jadi kalimat deklaratif majemuk (KDM) adalah kalimat yang dibentuk oleh dua atau lebih kalimat deklaratif
a.       Konjungsi.
Kata hubung dalam konjungsi adalah “dan”, ditulis “ ^ “. Untuk menentukan nilai kebenaran dari konjungsi.
Contoh.
p : mangga adalh nama buah (benar)
q : mangga adalah buah berbentuk balok (salah)
kalimat : mangga adalah nama buah dan berbentuk balok. Bernilai salah
b.      Disjungsi.
Dua kalimat deklaratif yang dihubungkan dengan kata hubung “atau”, ditulis “v” disebut disjungsi
Contoh.
p : 4+3=13 (benar)
q : 6 adalah bilangan prima (benar)
p v q : 4+9=13 atau 6 adalah bilangan prima (benar)
c.       Implikasi.
Implikasi merupakan kalimat majemuk dengan tanda hubung “”(jika…..maka…).
Contoh.
p : Pak Rudi adalah manusia. (benar)
q : Pak Rudi kelak akan mati (benar)
p  q : Pak Rudi adalah manusia, maka kelak akan mati (benar)
d.      Biimplikasi.
Biimplikasi dilambangkan dengan “”(jika dan hanya jika)
Contoh.
p :  (benar)
q : 6 memiliki faktor {1,2,3,4,6}
p  q :  jika dan hanya jika 6 memiliki faktor {1,2,3,4,6}.(salah)
B.     Negasi konjungsi, Disjungsi, Implikasi, dan biimplikasi.
1.      Negasi konjungsi dan disjungsi
Jika diketahui konjungsi p ˄ q ,negasinya adalah ~p ˅ ~q
Jika diketahui disjungsi p ˅ q, negasinya adalah ~p ˄ ~q
Contoh.
p : 3 adlah bilangan asli.
q : 3 adalah bilangan ganjil.
p ˄ q : 3 adalah bilangan asli dan bilangan ganjil. (benar)
~p ˅ ~q : 3 bukan bilangan asli atau bukan bilangan ganjil. (salah)
2.      Negasi implikasi dan bimplikasi
Text Box: ~(p ⇒┴ q) ≡ p ˄ ~qApabila diketahui implikasi p q, negasinya adalah p ˄ ~q.


Apabila diketahui biimplikasi p  q, negasinya adalah (~p ˄ q) ˅ (p ˄ ~q).
Text Box: ~(p □(⇔┴ ) q) ≡ (~p ˄ q) ˅ (p ˄ ~q)

X.                METODE PENELITIAN.
Metode yang digunakan penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2005). Penelitian ini mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi Logika Pada siswa kelas X2 di SMA PGRI 4 Banjarmasin tahun pelajaran 2010/2011.


XI.             TEMPAT DAN SUBJEK PENELITIAN.
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMA PGRI 4 Banjarmasin tahun, Sedangkan subyek penelitian adalah siswa kelas X2 semester II  SMA PGRI 4 Banjarmasin tahun pelajaran 2010/2011.

XII.          TEKNIK PENGUMPULAN DATA.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)      Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran aktivitas belajar yang berlangsung dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Observasi difokuskan pada aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Observasi menggunakan lembar observasi yang didalamnya telah dicantumkan aspek-aspek kegiatan yang akan dinilai dimana penilaiannya dilakukan dengan memberikan tanda centang pada kolom-kolom yang telah disediakan.
2)      Tes
Tes yang diberikan terbagi menjadi 2, yaitu :
a.      Tes individu
Tes individu adalah tes yang diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Tes yang diberikan yaitu tes uraian.

b.      Tugas  kelompok
Tugas kelompok adalah tugas yang diberikan pada setiap pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT).
3)      Angket
Angket digunakan untuk memperoleh data mengenai respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika dengan model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT).

XIII.       TEKNIK ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis melalui analisis deskriptif dan teknik persentase dengan perhitungan sebagai berikut :
1)   Pengukuran Hasil Belajar siswa
Untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut (Sudijono,2005) :
Keterangan :
 X           =  Rata-rata
  =  Jumlah dari skor-skor (nilai-nilai) yang ada
N        =   Number of Cases (banyak skor-skor itu sendiri)
Untuk mempresentasikan hasil belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut (Sudijono,2005) :
P =
Keterangan :
f     =  Frekuensi yang sedang dicari persentasinya
N   =  Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P    =  Angka persentase 
Nilai rata-rata tes individu kemudian diinterprestasikan berdasarkan kualifikasi sebagai berikut :
Tabel 2. Interprestasi hasil belajar
Nilai
Keterangan
≥ 9,5
Istemewa
8,00-9,94
Amat baik
6,50-7,99
Baik
5,50-6,49
Cukup
4,01-5,49
Kurang
≤ 4,00
Amat kurang
(Tim Dinas Pendidikan Provinsi Kalimanan Selatan,2004)
2)   Pengukuran Respon Siswa
Analisis respon siswa digunakan untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe NHT. Untuk mempresentasikan respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT digunakan sebagai berikut (Sudijono, 2005):
 P =



Keterangan :
f           =  Frekuensi yang sedang dicari persentasinya
N         =  Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P          =  Angka persentase 
Dari hasil perhitungan di atas kemudian dilakukan interprestasi respon yaitu memberikan penjelasan terhadap respon yang telah terkumpul dengan menggunakan kategori sebagai berikut :
Tabel 3. Interprestasi Respon
Interprestasi
Kualifikasi
0%-20%
21%-40%
41%-60%
61%-80%
81%-100%
Sangat kurang merespon
Kurang merespon
Cukup merespon
Merespon
Sangat merespon
(Arikunto, S,1998:100)










DAFTAR PUSTAKA.
Anas Sodijono, 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Anita Lie, 2008. Cooperative Learning.PT Grasindo. Jakarta.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Bina  Aksara.
Dimyati.Mudjiono,2009.Belajar Dan Pembelajaran.Rineka Cipta.Jakarta.
Isjoni,2010.Cooperative Learning.CV Alfabeta.Bandung.
Kusnandar,2007.Evaluasi Pembelajaran.Raja Grafindo.Jakarta.

MKBPM, 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung
Oemar Hamalik, 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. PT Bumi Karsa. Jakarta.
Slameto, 2010. Belajar dan Faktor – faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Suyatno, 2009. Menjelajah Seratus Pembelajaran Inovatif. Masmedia Buana Pustaka. Sidoarjo.
Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta.
Wina Sanjaya,2010.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan.Pranada Media Grup.Jakarta.
Wikipedia,2010.Logika.http://id.wikipedia.org/wiki/Logika,2011, 05 Februari 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar